Sepuluh nasehat dan ilmu yang berjumlah tujuh.
1.
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ قَالَ: أَوْصَانِيْ خَلِيْلِي بِسَبْعٍ :
بِحُبِّ الْمَسَاكِيْنِ وَأَنْ أَدْنُوَ مِنْهُمْ، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ
هُوَ أَسْفَلُ مِنِّي وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوقِيْ، وَأَنْ أَصِلَ
رَحِمِيْ وَإِنْ جَفَانِيْ، وَأَنْ أُكْثِرَ مِنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ
بِاللهِ، وَأَنْ أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ، وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ
لَوْمَةُ لاَئِمٍ، وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ
شَيْئًا.
Dari
Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu , ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah) Shallallahu
'alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai
orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkan aku agar
aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang
yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung
silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar
memperbanyak ucapan LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAH (tidak ada daya dan
upaya kecuali dengan pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan
kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan
orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan (7) beliau melarang aku
agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia”. (HR. Ath Thabrani, Al
Baihaqi, Ahmad, dan Ibnu Hibban)
2.
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرو، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ”
سَبْعَةٌ لا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَلا يُزَكِّيهِمْ،
وَيَقُولُ ادْخُلُوا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ: الْفَاعِلُ وَالْمَفْعُولُ
بِهِ، وَالنَّاكِحُ يَدَهُ، وَنَاكِحُ الْبَهِيمَةِ، وَنَاكِحُ الْمَرْأَةِ فِي
دُبُرِهَا، وَجَامِعٌ بَيْنَ الْمَرْأَةِ وَابْنَتِهَا، وَالزَّانِي بِحَلِيلَةِ
جَارِهِ، وَالْمُؤْذِي لِجَارِهِ حَتَّى يَلْعَنَهُ “
‘Abdullaah bin ‘Amr ra., ia berkata,
Rasulullah saww. bersabda, “Tujuh golongan yang Allah tidak akan melihat mereka
di hari kiamat, dan juga tidak mensucikan mereka, dikatakan kepada mereka,
“Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang memasukinya, yaitu orang yang
mengerjai dan dikerjai (Homosex dan Lesbian), orang yang menikahi tangannya
(Onani/Masturbasi), orang yang menggauli hewan (beastiality), orang yang
menggauli istrinya pada duburnya, orang yang mengumpulkan (mengawini) seorang wanita
berikut putrinya, orang yang menzinahi istri tetangganya, dan orang yang
menyakiti tetangganya hingga ia melaknatnya.”. (HR. Ath Thabaraniy, di dalam kitab Nashoihul Ibad – Asy Syeikh Nawawi bin Umar Al Banteniy)
3.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
بَشَّارٍ بُنْدَارٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ
حَدَّثَنِي خُبَيْبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ
يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ
الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ
فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ
وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ
فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ
شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ
عَيْنَاهُ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Basysyar Bundar berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari 'Ubaidullah
berkata, telah menceritakan kepadaku Khubaib bin 'Abdurrahman dari Hafsh bin
'Ashim dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari
yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; pemimpin yang adil, seorang pemuda
yang menyibukkan dirinya dengan 'ibadah kepada Rabbnya, seorang laki-laki yang
hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai karena
Allah; mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah,
seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi
cantik lalu dia berkata, 'Aku takut kepada Allah', dan seorang yang bersedekah
dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
diinfakkan oleh tangan kanannya, serta seorang laki-laki yang berdzikir kepada
Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena
menangis." (HR. Bukhori dan Muslim)
4.
مَنْ حَفِظَ سَبْعَ كَلِمَاتٍ فَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ
شَرِيفٌ، وَعِنْدَ الْمَلَائِكَةِ شَرِيٌف، وَغَفَرَ اللَّهُ لَهُ ذُنُوبَهُ،
وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ، وَيَجِدُ حَلَاوَةَ الطَّاعَةِ وَتَكُونُ
حَيَاتُهُ وَمَمَاتُهُ خَيْرًا لَهُ.
أَوَّلُهَا: أَنْ يَقُولَ عِنْدَ ابْتِدَاءِ كُلِّ شَيْءٍ:
بِسْمِ اللَّهِ.
وَالثَّانِي: أَنْ يَقُولَ بَعْدَ الْفَرَاغِ مِنْ كُلِّ
شَيْءٍ: الْحَمْدُ لِلَّهِ.
وَالثَّالِثُ: إِذَا جَرَى عَلَى لِسَانِهِ لَغْوٌ، أَوْ
عَمِلَ سُوءًا قَلَّ أَوْ كَثُرَ يَقُولُ بَعْدَهُ: أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ.
وَالرَّابِعُ: إِذَا أَرَادَ أَنْ يَقُولَ: أَفْعَلُ غَدًا
كَذَا فَيَقُولُ عَلَى أَثَرِهِ: إِنْ شَاءَ اللَّهُ.
وَالْخَامِسُ: إِذَا اسْتَقْبَلَهُ مَكْرُوهٌ
يَقُولُ: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ.
وَالسَّادِسُ: إِذَا أَصَابَتْهُ مُصِيبَةٌ فِي النَّفْسِ،
أَوْ فِي الْمَالِ قَلَّ أَوْ كَثُرَ، يَقُولُ: إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ.
وَالسَّابِعُ: لَا يَزَالُ يَجْرِي عَلَى
لِسَانِهِ فِي آنَاءِ اللَّيْلِ وَأَطْرَافِ النَّهَارِ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ.
Ahli Fiqih Abul Laits
As-Samarqandi mengatakan :
"Barangsiapa melestarikan tujuh kalimat berikut, maka menjadi orang yang mulia menurut pandangan Allah dan Malaikat, dosanya diampuni sungguhpun sebanyak buih laut, dapat merasakan manisnya tha'at, serta hidup dan matinya baik :
1. Membaca "BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM" di setiap memulai berbuat sesuatu.
2. Membaca "ALHAMDULILLAAHI ROBBIL'AALAMIIN" di setiap mengakhiri perbuatan dan mensyukuri nikmat.
3. Membaca "ASTAGHFIRULLAAHAL 'AZHIIMA WA ATUUBU ILAIHI" setiap kali terlanjur mengucapkan perkataan yang tidak berguna dan telah berbuat dosa.
4. Mengucap "INSYA ALLAH" di setiap kali ingin melakukan sesuatu (berjanji).
5. Manakala menghadapi sesuatu yang berat, ia mengucapkan "LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL-'ALIYYIL-'AZHIIM".
6. Manakala terkena musibah, ia mengucapkan "INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI ROOJI'UUN".
7. Baik siang maupun malam, tak pernah telat selalu membaca "LAA ILAAHA ILLALLAAHU MUHAMMADUR-ROSUULULLAA(".". (Di dalam Kitab Nashoihul Ibad - Asy Syeikh Nawawi Al Banteniy dan Tanbihul Ghofilin - Imam Abul Laits As-Samarqandi)
"Barangsiapa melestarikan tujuh kalimat berikut, maka menjadi orang yang mulia menurut pandangan Allah dan Malaikat, dosanya diampuni sungguhpun sebanyak buih laut, dapat merasakan manisnya tha'at, serta hidup dan matinya baik :
1. Membaca "BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM" di setiap memulai berbuat sesuatu.
2. Membaca "ALHAMDULILLAAHI ROBBIL'AALAMIIN" di setiap mengakhiri perbuatan dan mensyukuri nikmat.
3. Membaca "ASTAGHFIRULLAAHAL 'AZHIIMA WA ATUUBU ILAIHI" setiap kali terlanjur mengucapkan perkataan yang tidak berguna dan telah berbuat dosa.
4. Mengucap "INSYA ALLAH" di setiap kali ingin melakukan sesuatu (berjanji).
5. Manakala menghadapi sesuatu yang berat, ia mengucapkan "LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL-'ALIYYIL-'AZHIIM".
6. Manakala terkena musibah, ia mengucapkan "INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI ROOJI'UUN".
7. Baik siang maupun malam, tak pernah telat selalu membaca "LAA ILAAHA ILLALLAAHU MUHAMMADUR-ROSUULULLAA(".". (Di dalam Kitab Nashoihul Ibad - Asy Syeikh Nawawi Al Banteniy dan Tanbihul Ghofilin - Imam Abul Laits As-Samarqandi)
5.
اِجْتَنِبُواالسَّبْعَ
الْمُوْ بِقَاتِ اَلشِّرْكُ بِاللهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِىْ
حَرَّمَ اللهُ اِلاَّ بِالْحَقِّ وَاٰكِلُ الرِّبَا وَاٰكِلُ مَالِ الْيَتِيْمِ
وَالتَّوَ لِّى يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْ فَ الْمُحْصَنَا تِ الْغَا فِلاَ تِ
الْمُؤْ مِنَا تِ
Nabi Muhammad saww. bersabda: Jauhilah tujuh
macam dosa yang bertingkat-tingkat (besar), diantaranya ialah:
1. Mempersekutukan Allah,
2. Sihir,
3. Membunuh diri yang diharamkan Allah kecuali
dengan hak,
4. Makan harta riba,
5. Makan harta anak yatim,
6. Lari dari peperangan,
7. Menuduh wanita (berzina) yang beriman yang
tidak tahu menahu dengan perbuatan buruk dengan apa yang difitnakan kepadanya.
(HR Bukhari dan Muslim)
6.
الشهداء سبعة سوي القتل في سبيل الله : المطعون
شهيد، والغريق شهيد، وصاحب ذات الجنب شهيد، والمبطون شهيد، والحريق شهيد، والذي
يموت تحت الهدم شهيد، والمرأة تموت بجمع شهيدة. أخرجه مالك وأبو داود والنساءي
وابن ماجه وابن حبان والحاكم وأحمد
Para syuhada' itu ada tujuh kelompok selain
yang terbunuh di jalan Allah, yaitu : orang yang mati terserang penyakit tha'un
adalah syahid, orang yang mati tenggelam juga syahid, orang yang terserang tumor
juga syahid, orang yang sakit perut pun syahid, orang yang terbakar juga syahid
dan orang yang meninggal dunia karena tertimpa reruntuhan pun syahid dan
seorang wanita yang meninggal dunia yang sedang mengandung juga syahid."
HR. Malik, Abu Dawud, An Nasa'I dan lainnya. Al Hakim berkata, "Bersanad
shahih." Dan disepakati oleh Adz Dzahabi, juga ada di dalam kitab
Nashoihul Ibad – Asy Syeikh Nawawi bin Umar Al Banteniy)
7.
عَنْ
الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَمَرَنَا النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ وَنَهَانَا عَنْ سَبْعٍ أَمَرَنَا
بِاتِّبَاعِ الْجَنَائِزِ وَعِيَادَةِ الْمَرِيضِ وَإِجَابَةِ الدَّاعِي وَنَصْرِ
الْمَظْلُومِ وَإِبْرَارِ الْقَسَمِ وَرَدِّ السَّلَامِ وَتَشْمِيتِ الْعَاطِسِ
وَنَهَانَا عَنْ آنِيَةِ الْفِضَّةِ وَخَاتَمِ الذَّهَبِ وَالْحَرِيرِ
وَالدِّيبَاجِ وَالْقَسِّيِّ وَالْإِسْتَبْرَقِ
Dari Al Bara' bin 'Azib
radliallahu 'anhu berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
memerintahkan kami tentang tujuh perkara dan melarang kami dari tujuh perkara
pula. Beliau memerintahkan kami untuk: mengiringi jenazah, menjenguk orang yang
sakit, memenuhi undangan, menolong orang yang dizhalimi, berbuat adil dalam
pembagian, menjawab salam dan mendoakan orang yang bersin. Dan Beliau melarang
kami dari menggunakan bejana terbuat dari perak, memakai cincin emas, memakai
kain sutera kasar, sutera halus, baju berbordir sutera dan sutera tebal".
(HR. Bukhori dan Muslim)
8.
قال أبوبكر الصديق رضي الله عنه : البخيل لا يخلو
من إحدى سبع،
إما أن يموت فيرثه من يبذل ماله وينفقه لغير ما
أمر الله تعالى،
أو يسلط الله عليه سلطانا جائرا فيأخذه منه بعد
تذليل نفسه،
أو يهيّج له شهوة تفسد عليه ماله،
أو يبدو له رأي في بناء أو عمارة في أرض خراب فيذهب
فيه ماله،
أو يصيب له نكبة من نكبات الدنيا من غرق أو حرق
أو سرقة أو ما أشبه ذلك،
أو تصيبه علة دائمة فينفق ماله في مداواتها،
أو يدفنه في موضع من المواضع فينساه فلا يجده
Abu
bakar Ash-Shiddiq ra. Berkata:
orang
– orang yang bakhil itu tidak lepas dari salah satu diantara tujuh perkara
berikut:
1. Tatkala
meninggal, hartanya diwarisi oleh orang yang akan menghabiskannya dan
membelanjakannya untuk sesuatu yang tidak diperintahkan Allah SWT.
2. Allah
akan menurukan penguasa dzalim yang akan merampas seluruh harta orang bakhil
itu dan sebelumnya penguasa tersebut akan membuat orang bakhil itu terhina.
3. Dia
akan dikuasai syahwat yang akan menghancurkan hartanya.
4. Akan
muncul ide dalam benaknya untuk mendirikan bangunan-bangunan di wilayah
–wilayah yang rawan benacana,yang pada saatnya akan runtuh dan menguras habis
hartanya.
5. Dia
akan ditimpa salah satu dari musibah dunia seperti tenggelam,kebakaran atau
kecurian
6. Dia
akan ditimpa penyakit kronis hingga dia menghabiskan hartanya untuk mengobati
penyakitnya.
7. Dia
akan memendam hartanya disuatu tempat,lalu lupa dan tidak dapat menemukan nya
kembali. (Kitab Nashoihul Ibad – Asy Syeikh Nawawi bin Umar Al Banteniy)
9.
قال عمر بن الخطاب رضي الله عنه : من كثر ضحكه قلت هيبته،
ومن مزح استخف به، ومن أكثر من شيء عرف به، ومن كثر كلامه كثر سقطه، ومن كثر سقطه
قل حياؤه، ومن قل حياؤه قل ورعه، ومن قل ورعه مات قلبه
Sayyidina
Umar ra, mengatakan:
1. Barangsiapa
banyak tertawa, maka sedikit wibawanya.
2. Barangsiapa suka bersenda gurau, maka dia akan diremehkan orang.
3. Barangsiapa memperbanyak melakukan sesuatu, maka dikenal pecandu.
4. Barangsiapa banyak bicara, maka tentu banyak salahnya.
2. Barangsiapa suka bersenda gurau, maka dia akan diremehkan orang.
3. Barangsiapa memperbanyak melakukan sesuatu, maka dikenal pecandu.
4. Barangsiapa banyak bicara, maka tentu banyak salahnya.
5.
Barangsiapa banyak salahnya, maka sedikit rasa malunya.
6. Barangsiapa sedikit rasa malunya, maka sedikit pula sifat waro'nya.
7. Barangsiapa sedikit sifat waro'nya, maka matilah hatinya. (Kitab Nashoihul Ibad – Asy Syeikh Nawawi bin Umar Al Banteniy)
6. Barangsiapa sedikit rasa malunya, maka sedikit pula sifat waro'nya.
7. Barangsiapa sedikit sifat waro'nya, maka matilah hatinya. (Kitab Nashoihul Ibad – Asy Syeikh Nawawi bin Umar Al Banteniy)
10.
Dari Anas ra. berkata bahwa ada tujuh macam
pahala yang dapat diterima seseorang itu selepas matinya:
1. Siapa yang mendirikan masjid maka ia tetap
pahalanya selagi masjid itu digunakan oleh orang untuk beramal ibadat di
dalamnya,
2. Siapa yang mengalirkan air sungai selagi
ada orang yang minum daripadanya.
3. Siapa yang menulis mushaf ia akan mendapat
pahala selagi ada orang yang membacanya.
4. Orang yang menggali perigi/sumur/sumber
air selagi ada orang yang menggunakannya.
5. siapa yang menanam tanam-tanaman selagi
ada yang memakannya (buah/bijinya) baik dari manusia atau burung.
6. Mereka yang mengajarkan ilmu yang berguna
selama ia diamalkan oleh orang yang mempelajarinya.
7. Orang yang meninggalkan anak yang sholeh
dan sholehah yang mana mereka selalu mendoakan kedua orang tuanya dan
beristighfar baginya.
Penulis
: Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus.
محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس
محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس